Begitulahproses kita mencapai kejayaan. Itulah hakikat pegangan Ahli Sunah Wal-Jamaah, yang perlu kita yakini. Manusia hanya mampu berusaha dan Allah SWT yang menentukan segala-galanya. Maka, janganlah kita menghina-hina orang yang tidak solat, atau merendah-rendahkan orang yang gagal dalam hidup mahu pun peperiksaan.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID GVD1DF8pJPWtRMckAq3efMrfsTX6IsGzn6xMBXslwPU5jjQyIG8alA==
truth) adalah yang menjadikan berhasil dalam cara kita berpikir dan kebenaran (right) adalah yang menjadikan berhasil cara kita bertindak. Ide, doktrin dan teori menjadi alat untuk membantu kita menghadapi situasi; doktrin bukannya jawaban terhadap permasalahan. Suatu teori itu adalah buatan manusia untuk menyesuaikan diri dengan maksud-maksud
JAKARTA – Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menjelaskan bahwa takdir tidak bisa diubah hanya dengan semangat berusaha yang menggebu-gebu. Artinya, manusia hanya bisa berusaha secara maksimal, berdoa dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. سَوَابِقُ الْهِمَمِ لاَ تَخْرِقُ اَسْوَارَ الْأَقْدَارِ "Semangat yang menggebu-gebu tidak akan mampu menembus dinding-dinding takdir." Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam Penyusun syarah dan penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017 menjelaskan maksud Syekh Athaillah mengenai usaha yang menggebu-gebu tidak akan mampu menembus dinding-dinding takdir. Semangat yang menggebu-gebu dalam bekerja dan berusaha, sehingga melampaui batas kewajaran, tetap tidak akan mampu mengubah takdir yang telah ditentukan Allah SWT. Tugas kita sebagai manusia hanyalah berusaha semampunya, sedangkan masalah hasil adalah ketentuan-Nya. Semua ketetapan-Nya adalah yang terbaik bagi hamba-Nya. Terkadang, kita merasa sesuatu itu baik bagi kita, padahal menurut-Nya tidak demikian. Terkadang kita merasa sesuatu itu buruk, padahal menurut-Nya adalah baik. Oleh karena itu, kita berdoa memohon yang terbaik bagi kita di dunia dan akhirat kelak. كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ Kutiba 'alaikumul-qitālu wa huwa kur-hul lakum, wa 'asā an takrahụ syai`aw wa huwa khairul lakum, wa 'asā an tuḥibbụ syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallāhu ya'lamu wa antum lā ta'lamụn Artinya “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS Al-Baqarah ayat 216. Semua ini bukan berarti kita hanya berpangku tangan dan tidak mau berusaha sama sekali. Tetapi, intinya, ketika kita sudah mengerahkan semua kemampuan dan berusaha keras maka hendaknya kita bertawakal. Allah SWT lebih tahu terhadap yang lebih baik bagi hamba-Nya. Kita tidak layak memberontak dan memantah sesuatu yang diinginkan-Nya. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Semuamanusia pasti mempunyai impian, harapan yang lebih baik untuk dirinya dan masa depan. Impian atau harapan ini biasa disebut dengan Cita-Cita. Namun, untuk meraih cita-cita tersebut kerap kali mengalami jatuh bangun, bahkan gagal. Manusia hanya bisa berencana dan berusaha sisanya serahkan pada Tuhan. Gagal bukan berarti mati, justru dari
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. ....'Manusia hanya bisa berlogika tetapi Tuhanlah yang menentukan'... apakah itu sebuah pernyataan yang didalamnya mengandung 'sesat fikir berlogika' atau 'logical fallacies' tea menurut kaidah ilmu logika ? ... silahkan diperdebatkan kalau mau,tetapi menurut saya tidak,mengingat betapapun manusia berupaya untuk berlogika sebaik dan se tertib mungkin dengan mengikuti kaidah - aturan ilmu logika yang bisa super ketat itu tetapi itu sama sekali tidak menjamin manusia akan menemukan kebenaran serba pasti dan serba meyakinkan,sebab berlogika itu sebenarnya parallel dengan 'berusaha',yaitu berusaha untuk memperoleh kebenaran dan yang namanya 'berusaha' tentu tidak dijamin pasti akan membuahkan hasil bukan ?Andai manusia berlogika dengan taat mengikuti kaidah-aturan ilmu logika untuk menyelesaikan beragam soal ujian yang mereka hadapi disekolah, apakah itu ujian pelajaran matematika atau ilmu fisika misal maka bisa jadi semua mungkin saja akan menghasilkan rumusan yang sama dan semua bisa saja memperoleh nilai yang sempurna 10,tetapi realitas kehidupan dengan beragam problematika nya yang bersifat kompleks tidak bisa disamakan dengan ujian akademik yang murni melatih pelajar berfikir logic-sistematik, bila manusia menggunakan kaidah kaidah ilmu logika yang sama sebagaimana yang telah mereka serap dari buku buku pelajaran ilmu logika untuk menyelesaikan beragam problem kehidupan yang mereka hadapi apakah dijamin mereka akan menghasilkan hasil - rumusan yang sama-keyakinan yang sama serta jalan keluar yang persis sama ? .... kemungkinan besar tidak,sebab dalam realitas kehidupan yang sebenarnya berlogika itu ternyata dipengaruhi oleh berbagai hal cara pandang-keyakinan-niat dan tujuan serta tentu masalah yang dihadapi yang tiap orang pasti menemukan serta menghadapi problem kehidupan yang berbeda beda-tidak sama. Dalam kehidupan, logika itu tidak selalu murni hadir sebagai 'ilmu steril' tetapi ia bisa berkelindan dengan rasa-dengan emosi-dengan suara hati-dengan nurani-dengan keyakinan-dengan etika dan hal hal non logic lain jadi logika sebenarnya tidak lah pernah bisa berdiri keputusan akhirpun biasanya tidak lah selalu ditentukan oleh logika tetapi terutama pada hal hal yang bersifat fundamental kebanyakan oleh hati sebab hatilah memang yang akhirnya akan mengendalikan logika,dimana hati memegang logika itu ibarat manusia memegang pisau,mau diapakan itu pisau bergantung pada yang memegangnya bukan bergantung pada pisau nya,logika itu ujungnya akan bergantung pada hati 'sang pemegang isi kepala' Bayangkan seorang penjahat dan seorang hakim atau polisi sebagai makhluk berakal mereka tentu akan sama sama berlogika tetapi untuk tujuan yang pasti tidak sama,seorang materialist dan seorang yang percaya kepada adanya alam gaib juga akan sama sama berlogika, bahkan semua mungkin memegang buku pengantar ilmu logika yang sama, tetapi kesimpulan yang dihasilkan bisa berbeda sebab mereka berbeda kacamata sudut dan polisi sama sama berlogika dan sama sama mengikuti serta mempraktekkan kaidah ilmu logika tetapi mereka menggunakannya untuk tujuan yang berbeda apakah logika akan selalu melahirkan rumusan atau kesimpulan yang selalu sama ?.... bergantung pada banyak hal ... Kita kembali kepada persoalan berlogika yang diparalelkan dengan 'berusaha' .....Ambil contoh nyata betapa para filosof mulai dari zaman filsuf klasik hingga era filsuf kontemporer telah berusaha menggunakan logika akal nya sebaik mungkin tentu saja mereka berupaya untuk menemukan 'kebenaran' yang bisa mereka fahami berdasar sudut pandang masing masing tentunya, tetapi apakah 'kebenaran' hasil rumusan ber logika mereka persis sama ? ... tentu saja tidak,lahirnya berbagai aliran-mazhab pemikiran dengan corak pemikiran yang berbeda beda itu menunjukkan bahwa berlogika kalau ingin memparalelkan semua kegiatan berfilsafat para failosof dari berbagai generasi sebagai 'berlogika' itu tidak pasti akan melahirkan bentuk 'kebenaran' yang sama dan serba disepakati walaupun kaidah kaidah ilmu logika telah sama sama di ketahui dan telah sama sama disepakati mungkin oleh hampir semua pemikirDan lalu, apakah dengan kegiatan berlogika para failosof dari berbagai aliran pemikiran itu telah sama sama bisa menggapai kebenaran tertinggi dan terakhir yang bersifat hakiki yang semua bersepakat atasnya ? .. pada kenyataannya tidak .... hasil dari mereka berlogika dari berbagai arah-sudut pandang yang berbeda itu pada umumnya selalu bermuara kepada pertanyaan pertanyaan mendasar yang sama yang tidak bisa lagi dijawab oleh keterampilan manusia berlogika,sebagai contoh - apakah hakikat kehidupan ?-apakah hakikat kenyataan ?- apakah hakikat manusia ? 1 2 3 Lihat Humaniora Selengkapnya
Jawaban Banyaknya agama yang berbeda dalam dunia ini tentu menyulitkan seseorang mengetahui mana yang benar. Pertama-tama, mari kita kupas beberapa pemikiran mengenai topik ini secara umum dan baru melihat bagaimana seseorang dapat mendekati topik itu dengan cara yang benar-benar dapat membantunya mencapai kesimpulan yang benar mengenai Allah.
berkembangnyapribadi manusia hanya ditentukan oleh sifat dari lahir (kemampuan dasar) bakat serta faktor dalam yang bersifat kodrati. Tidak ada kaitannya dengan faktor indrawi dan faktor lingkungan. Manusia lahir telah mempunyai bakat, kemampuan dan potensi yang alami dan tidak dapat berubah karena lingkungan sekitar. Kitasebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa agar harapan kita dapat tercapai, karena yang menentukan tercapai atau tidaknya harapan itu adalah Allah swt. bahkan perasaan manusia, tetapi manusia tidak menyadari akan hal itu. Kegelisahan timbul karena perbuatan manusia itu sendiri atau bisa juga karena lingkungan disekitar manusia itu
Adajuga yang sebenarnya nggak perduli, tetapi dia membawa itu demi mencari cara mendapatkan perhatian. Ini yang oleh sang kandidat pelaku tiga periode dikatakan sebagai bagian dari cari muka. Tipe ini juga adalah jenis pedagang. Ada semacam untung rugi di kepalanya dalam dorongan tiga periode. Berhasil atau tidak pun sebenarnya nggak peduli
disJ.
  • aas694g3ya.pages.dev/238
  • aas694g3ya.pages.dev/377
  • aas694g3ya.pages.dev/135
  • aas694g3ya.pages.dev/362
  • aas694g3ya.pages.dev/74
  • aas694g3ya.pages.dev/26
  • aas694g3ya.pages.dev/92
  • aas694g3ya.pages.dev/33
  • aas694g3ya.pages.dev/29
  • manusia hanya berusaha tetapi yang menentukan berhasil atau tidak adalah